Biarkan Aku menyelinap Dalam Lelap Untuk bisa Rasakan Indahnya
Aku sadar ketika mereka kata tak ada satu kata pun bisa lepaskan diri dari tuntutan masa depan. Wujudkan harapan tak semudah membalikkan telapak tangan. Harus jatuh berulang kali untuk berhasil satu kali. Harus menangis berjuta kali, dia pun belum tentu datang menghampiri. Lelah tak sanggup lagi menjadi kata yang terucap dari bibir. Ia tumpah ruah dalam buliran bening yang terasa menghantam sudut hati bertubi-tubi hingga ia rubuh dari dalam.
Lalu ditengah malam, dia membangunkan mimpiku. Mengajakku terbang di atas awang-awang tak berbatas.
Aku bisa wujudkan mimpi ketika mata terpejam, saat ruh terlepas sesaat dari raga yang ternyata terlalu lemah wujudkan mau jiwa. Aku bermimpi. Kembali melihat mereka di memori masa silam. Menyelesaikan masalah tak terselesaikan. Wujudkan khayalan yang kadang ditentang. Dapatkan kebahagian yang aku inginkan.
Angin bertiup menghembuskan kehidupan. aku fikir tak perlu khawatir masalah tak terselesaikan, karena gelap yang akan menyelesaikan. Mulailah untuk berakhir. Berakhirlah masa yang kadang merantai imaji untuk menarikan kebebasan.
Aku lupa pada bait puisiku selanjutnya. Dalam mimpi aku menemukannya.
Dan aku melihatmu tersenyum disana, menatapku dengan bangga , menggambarkan keberadaanku tak sia-sia.
Aku melihat kesuksesan memelukku. Katakan bahwa ia akan menjadi milikku.
Aku melihat aku ditempat tertinggi diantara lainnya, dan mengumumkan kesombongan diri.
Aku dan kamupun tahu, keadaan seperti inilah keinginan yang tak tertolakkan.
Seperti yang lainnya, aku mencoba untuk menjadi bahagia…
Tak ingin gelap menjadi terang. Hanya disini aku dapat menggapai yang mereka kata indah. Aku bahagia, dan ternyata itupun hanya ilusi adanya.
Hanya sesaat. Tak selama waktu musim semi yang hangat menumbuhkan daun-daun harapan dalam kenyataan. Takkan sepelik apa yang nyata kurasakan.
Hanya sekejap saja. Lalu teori kembali menjadi kondisi nyata. Sakitnya kembali kurasa..
Mimpi adalah sebatang ranting rapuh yang selalu bisa patah kapan saja.
Seperti syair yang selalu aku lupa melodinya, seperti itulah aku dan bahagia. Selalu mengingatnya, namun aku lupa pada rasanya. Dan biarkan aku menyelinap dalam lelap untuk kembali mengenang indahnya.
0 komentar:
Post a Comment