Setelah sukses ngelewatin
masa-masa suram ngerjain TA, banyak yang nanya dan penasaran gimana rasanya
jadi sarjana. Well, aku kasih tau satu hal. Rasanya jadi sarjana itu, beban. Mau kemana setelah kuliah? Masa’
iya di rumah aja. Ga asik juga nangki
di kampus, berasa tua-nya. Uda
diteror pula dengan pertanyaan, “mau lanjut S2 kemana? Atau mau langsung
kerja?”. Tarik napas dulu kali.
Buat yang masih berjuang menanti
sidang putusan para dosen (cailah), aku
pengen bagi cerita pengalaman rasanya duduk di depan 5 dosen dan diajukan
pertanyaan yang kita ga pernah bayangin bakal di tanyain, dari yang paling
penting sampe yang engga banget. Buat
kamu yang sekalipun asli pinternya, pura-pura bodoh di dalam keadaan seperti
itu adalah solusi terbaik dari yang paling baik. Jangan sok belagu dan ngelawan
apa kata dosen, dalam situasi sidang. Pinter-pinter deh ngomong dan ngajak
diskusi para dosen yang lagi mengintrogasi, pasang tampang menyakinkan.
Hal lainnya yang perlu diketahui
bagi para mahasiswa, Jangan bicara yang engga perlu pas sidang. Karena setiap
kata yang keluar dari mulut, bisa aja nimbulin pertanyaan baru bagi para dosen
eksekusi. Keep calm sekalipun kamu ga
punya bayangan kayak apa jawabannya. Kalo kamu udah membatu, dosen yang nanyain
itu mungkin bakal kasih clue
menyangkut jawaban yang dipertanyakan. Ga bisa jawab satu – dua pertanyaan ga
buat hidup kamu berakhir sampai disitu. Tetap jaga attitude.
Di saat sidang, kamu akan menuai
apa yang kamu tanam selama masa-masa kuliah kamu beberapa tahun belakangan,
penentuan judul Tugas Akhir, pemilihan dosen pembimbing , masa penelitian,
penulisan laporan, seminar proposal dan hasil . Dalam hal ini, pemilihan dosen
pembimbing dan penentuan judul penelitian, aku rasa sesuatu yang mendasar.
Pilih dosen pembimbing yang baik
hatinya (syarat mutlak). Pastikan dosen tersebut
sering berada di kampus, atau yang bisa kita jumpai kapan aja. Pilih dosen yang
paling expert menyangkut Tugas Akhir kamu, selain agar bisa
membantu kamu jika punya kendala selama penelitian, hal ini juga untuk
mengantisipasi supaya beliau tidak menjadi dosen penguji kamu nantinya. Pilih
dosen yang humble, bersedia ngajarin kalau
kamu lagi buntu selama penelitian, bukan yang bakal ngerendahin kamu dan buat
kamu takut jumpai beliau untuk konsultasi. Yah, walaupun jarang ada dosen yang kumplit begini, setidaknya cari dosen
pembimbing yang memenuhi sebagian dari syarat ini. Ini akan sangat mempengaruhi
kamu dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Selain itu, pemilihan judul Tugas
Akhir juga penting. Kata kebanyakan orang, judul Tugas Akhir S1 jangan
susah-susah. Katanya takut makan waktu yang lama dalam penelitian. Untuk hal
ini, aku sih sebenarnya kurang setuju ya. Mahasiswa kan maunya punya judul
Tugas Akhir S1 yang kedengarannya aja
udah keren. Soalnya, ini bakal jadi sejarah untuk sepanjang hidup si
Mahasiswa. Masa’ iya ngerjain TA gitu-gitu aja, kayak ngerjain tugas kampus
atau projek-an final mata kuliah. Kan kurang greget (eseeeh). But, point-nya adalah pilih judul Tugas
Akhir yang kamu yakin banyak referensi yang me-refer to judul kita. Pastiin kita punya cukup sumber untuk
mempelajari hal tersebut. Disiplin adalah kunci utama, harus rajin baca, rajin
konsul, tahan banting dengan segala kemungkinan. Yah, usahanya juga harus
setimpal lah untuk menghasilkan sesuatu yang keren. Pastiin kita punya
pemahaman yang cukup tentang judul yang kita ajuin, sebelum kita naik seminar
proposal.
Kalau ada yang bilang “ngerjain Tugas Akhir itu gampang”, dia
itu bohong besar. Jarang ada mahasiswa yang mulus-mulus aja ngerjain Tugas
Akhir. Ada aja kendalanya, data yang kurang lah, referensi yang absurd,
penelitian yang gagal, hasil yang engga sesuai, dosen yang susah ditemui, malas
yang sering datang ga kenal waktu, kurang ini, kurang itu. Pokoknya ada aja.
Jadi, harap maklum kalo mahasiswa tingkat akhir ini menggalau dan suka sensi
atau tempramen tiba-tiba (wkwkwkw). Kalaupun kalian lihat ada mahasiswa tingkat
akhir yang tetap kalem dan ceria ketawa sana sini sekalipun dengan sejumlah
kendala yang udah di tulis sebelumnya, cuma ada 2 alasannya. Alasan pertama
karena mahasiswa itu sabar tingkat dewa, alasan lainnya karena mahasiswa itu ga
perduli dengan TA-nya. Ini bisa di survey langsung deh.
Setelah niat ngerjain Tugas Akhir
udah ada, usaha udah maksimal, doa udah gencar. Selebihnya, biarkan Allah yang
menunjukkan kekuasaan. Seperti yang sudah aku katakan, hasil tidak akan
mengkhianati proses. Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan
umat-Nya. Lewati segala sakit ngerjain TA dalam ikhlas. Ini hanya duniawi, tak
kamu bawa sampai mati.
Lalu, “mau lanjut S2 kemana? Atau mau langsung kerja?”
Hah, aku sih percaya ya, hidup
manusia itu udah ada yang ngatur. Hanya
Allah yang tahu kemana air mengalir, kemana takdir menentukan akhir. Mau kata apa juga, sabar aja deh dulu dan
lihat bagaimana Allah menuntun tapak melangkah dan mengijabahkan doa diwaktu
yang tepat. Yah, di doakan sajalah, semoga apapun yang Allah takdirkan, S2-kah, kerja-kah, ataupun menikah-kah,
semoga adalah sebaik-baiknya masa depan. Sebaiknya langkah dalam mengisi hidup
agar menjadi lebih bermakna dan tidak sia-sia belaka.
Mari kita aminkan,
Semoga yang belum sarjana, bisa cepat nyusul jadi sarjana.
Semoga yang lagi berusaha dapat kerja, bisa cepat di-pekerja-kan atau
membuka lapangan pekerjaan dan mendapatkan rizki yang halal.
Semoga yang lagi menunggu jodoh, dipertemukan dengan jodohnya di waktu
yang tepat dengan sosok yang tepat pula.
Semoga yang belum bahagia, dibuka hatinya agar lebih bersyukur.
Bismillah, Luruskan niat. tidak
akan ada usaha yang sia-sia.
0 komentar:
Post a Comment