Friday, 7 June 2013

Aku Hanyalah Hamba


Ya Allah Ya Tuhan ku,  Engkau yang paling mengerti tentang rasa yang kadang tak sanggup lagi ditahan oleh hati dan fikiran ini.  Seberapa berat yang kujalani aku yakin sebagai bentuk kasih sayangMu untuk menguji ku menjadi umatmu yang lebih baik.

Saturday, 1 June 2013

Cinta ini Cinta-Mu


Manusia tidak dilahirkan sendirian, selain karena ia selalu bersama Allah, Tuhannya. Ia selalu disatukan dalam karunia bersama jiwa-jiwa yang inginkan kebersamaan. Sungguh cinta pada manusia itu tak terukur, namun cinta pada Tuhan akan membuat semua kian teratur. Mungkin ini akan sulit dimengerti bagi mereka yang telah tertutup mata hati. Karena sungguh bukan masalah pandai berkata-kata, melainkan soal hati yang mengerti tentang nurani.

Langit, Menangislah untukku !


awan berarak menderu.
kadang gelap, biru langit menjadi kelam.
kadang teriknya buat mata menyipit tak mampu menatap.
dia bergerak, hanya seolah menjinjit tak ingin langkahnya terdengar.
tapi kau dapat rasakan dia berubah. perlahan.
ubah gerak menjadi diam dalam lelap.
lalu ubah sepi menjadi aktivitas yang tak terelakkan.

Kesalahan(ku) Hingga 18 Tahun

bagi mereka yang duduk di sudut ruang dan memilih menghabiskan waktu dengan berkaca pada cermin satu sisi. Sadarlah, frame itu hanya berisi dimensi yang sama, satu ruang, satu rasa, satu pribadi yang akan selalu gamang diterawang.

Catatan Usang


Ini tentang mereka,
Yang datang singgah memberi harapan
dan tinggalkan kekosongan.
Aku masih hidup disini, tidak lagi sendiri.

Biarkan Aku menyelinap Dalam Lelap Untuk bisa Rasakan Indahnya


Aku sadar ketika mereka kata tak ada satu kata pun bisa lepaskan diri dari tuntutan masa depan. Wujudkan harapan tak semudah membalikkan telapak tangan. Harus jatuh berulang kali untuk berhasil satu kali. Harus menangis berjuta kali, dia pun belum tentu datang menghampiri. Lelah tak sanggup lagi menjadi kata yang terucap dari bibir. Ia tumpah ruah dalam buliran bening yang terasa menghantam sudut hati bertubi-tubi hingga ia rubuh dari dalam.


Kita Bersekat, kah?


Aku selalu berusaha mencari celah sempit diantara tembok tinggi yang membatasi ku dengan hal-hal baik dan mengejutkan.
Bukan hal mudah bagiku untuk sampai pada taraf ini, walau bagi sebagian orang menganggap ini perjuangan yang terlalu percuma.
karena sebagian dari mereka bahkan dengan mudah dapat menggapai apa yang aku inginkan. tanpa usaha. tanpa perlu bersusah payah sebelumnya.


Biarlah Luka itu Hanya Milikku

Aku luka. Kau tau itu.
Hanya sia-sia aku perdaya waktu dan mata mu untuk anggap aku tak mengapa.
Sejauh ini aku masih bisa berlari. tak mengapa.
Aku bisa tertawa jika yang lain mulai jenaka. Aku masih belum lupa caranya


Selembar Kenangan di Antara Setumpuk Masa Lalu


Pagi menuai embun dari lembaran rerumpun padi yang menguning. Sayup-sayup angin semilir menjatuhkan tetesnya, menetes ke pematangan sawah. Burung-burung tampak kegirangan menatap buliran padi dari awang angkasa. Hanya saja dia takut mendekat, takut-takut si Bapak kayu jerami akan melemparinya. Pondok-pondok kecil itu menambah keindahan tersendiri di antara hijau padi yang tingginya bisa melebihi aku saat itu. Itulah keadaannya, dulu. Masihkah kamu merasakan sebentuk keindahan itu? Ditambah dengan pohon rindang di persimpangan jalan itu, menyejukkan betapa hangatnya suasana
Keadaan seperti itu yang dulu kami lewati setiap harinya. Menemani kami bermain di sela waktu. Menyaksikan aku dan temanku bermain engklek dan lompat karet di depan rumah atau untuk sekedar menyaksikan aku dan abangku menarik ulur tali di jalanan siang yang terik.