Manusia tak ayal melakukan perjalanan panjang hanya untuk mencari potensi apa yang sebenarnya terpendam dalam dirinya. Maka jelas, mengenal diri sendiri adalah perjuangan terberat.
Seiring berjalannya waktu, hati dan fikiran manusia pasang surut. Terkadang mereka menemukan tepian yang mereka kira menjadi tempat yang nyaman untuk berdiam. Namun, dilain waktu, ego bergejolak merasa bisa mendapatkan yang lebih layak. Sedangkan yang didapat hanyalah tergulung oleh ombak dan pecah beriak.
Bahwa segala sebab memiliki akibat. maka terlihatlah hidup manusia seperti ketidaksengajaan yang di buat buat. Hati yang mudah goyang, pendirian yang tak teguh, iman yang rapuh mencabik cabik dan menimbulkan penyakit yang meradang dari dalam diri adalah sebab. Dari situ, terlihat buruklah rupa, terlukanya santun dan cacatnya tutur kata. Kita akan mengatakan mengintrospeksinya. maka kitalah pengintrospeksi abadi.Kita mengenal, berusaha mencari jati diri hingga ajal tepat di hujung jari.
Sejengkal langkah menghantar kita pada umur yang kian bertambah. Kita terus bertumbuh. Bahwa tua adalah sebentuk keniscayaan. Sejalan dengannya, jati diri sudah seharusnya menuju pada pendekatan kepada yang ESA. Pencarian jadikanlah sebagai proses peningkatan rasa syukur, ikhlas dan mampu mengamini bahwa tua adalah pasti, namun menjadi dewasa adalah pilihan. Seharusnya kita menginsyafi bahwa penghambaan kepada Tuhan adalah kepasrahan kepada takdir, namun bukan berarti berhenti berdoa dan berusaha agar digariskan takdir yang terbaik.
Dan inilah saya, perempuan 20 tahun. Seorang pencari jati diri, yang akan terus bergerak dalam fase hidup. Karena yang diam hanya akan termakan oleh zaman.
0 komentar:
Post a Comment