Monday, 5 May 2014

Yang Dewasa, Yang Bersyukur

Sekalipun kau kata Bintang itu indah, dia tetap harus menunggu malam untuk membuat dirinya berarti.
Seberapa penting pun matahari, dia butuh siang untuk bisa menyinari.
Seperti ombak yang butuh tepi, agar ia pecah beriak tak membadai lagi.
Seperti pohon-pohon yang butuh air untuk bisa hidup setiap hari.
Dan kamu, dapatkah kamu hidup tanpa ada Allah yang memberi nafas padamu tanpa jeda meskipun kamu mahir dalam segala hal dunia?

Entah bagaimana bisa, kita selalu lupa bahwa  yang luar biasa itu dimulai dari hal-hal kecil yang selalu kita abaikan. Mengapa?

Apakah kalian juga lupa bahwa kita hidup karena Allah memberikan oksigen pada kita, membiarkan darah mengalir pada setiap urat nadi, membuat jantung tetap berdetak memompanya. Apakah kalian lupa? Bahwa Allah yang menciptakan Oksigen itu, memprosesnya sedemikian rupa dari hasil fotosintesis daun hijau dan menghirup untuknya Karbon Dioksida. Takkah terfikir?

Seperti setitik air yang bisa menjadikan hidup bunga warna-warni.
Bahwa indah itu berasal dari setetes air yang bahkan kadang tak sengaja kita menumpahkannya, maka dari situ ditumbuhkannya kembang-kembang rupawan.

Bahkan begitu, yang lain tetap hanya melihat bintang tanpa menganggap malam itu berarti, hanya menganggap tepi tak menjadi penting bagi ombak-ombak di pantai, membuang  tetesan air sesuka hatinya.

Tapi, untuk hidupmu. Untuk Oksigen yang masih diizinkan bagimu menghirupnya. Masih bisa kah kamu lupa, untuk tidak mensyukurinya, untuk tidak bersujud pada Penciptanya?

Mulailah menghargai.  Setiap apapun yang terlewati, semua sungguh memiliki arti.

Bagaimana bisa kita abaikan “detik”. kita lupa bahwa ia yang menuntun menit untuk berganti hingga pagi ini datang lagi. Bersamaan ia berlalu, para pesakitan melupakan sakitnya dan para penghitung waktu menghitung mundur pada usianya.
Kita menjadi besar seiringnya berjalan. Namun, ternyata besar tak berarti dewasa.



0 komentar:

Post a Comment