Sekalipun kau kata Bintang itu indah, dia tetap harus
menunggu malam untuk membuat dirinya berarti.
Seberapa penting pun matahari, dia butuh siang untuk bisa
menyinari.
Seperti ombak yang butuh tepi, agar ia pecah beriak tak
membadai lagi.
Seperti pohon-pohon yang butuh air untuk bisa hidup setiap
hari.
Dan kamu, dapatkah kamu hidup tanpa ada Allah yang memberi
nafas padamu tanpa jeda meskipun kamu mahir dalam segala hal dunia?
Entah bagaimana bisa, kita selalu lupa bahwa yang luar biasa itu dimulai dari hal-hal
kecil yang selalu kita abaikan. Mengapa?
Apakah kalian juga lupa bahwa kita hidup karena Allah
memberikan oksigen pada kita, membiarkan darah mengalir pada setiap urat nadi,
membuat jantung tetap berdetak memompanya. Apakah kalian lupa? Bahwa Allah yang
menciptakan Oksigen itu, memprosesnya sedemikian rupa dari hasil fotosintesis
daun hijau dan menghirup untuknya Karbon Dioksida. Takkah terfikir?
Seperti setitik air yang bisa menjadikan hidup bunga
warna-warni.
Bahwa indah itu berasal dari setetes air yang bahkan kadang
tak sengaja kita menumpahkannya, maka dari situ ditumbuhkannya kembang-kembang
rupawan.
Bahkan begitu, yang lain tetap hanya melihat bintang tanpa
menganggap malam itu berarti, hanya menganggap tepi tak menjadi penting bagi
ombak-ombak di pantai, membuang tetesan
air sesuka hatinya.
Tapi, untuk hidupmu. Untuk Oksigen yang masih diizinkan
bagimu menghirupnya. Masih bisa kah kamu lupa, untuk tidak mensyukurinya, untuk
tidak bersujud pada Penciptanya?
Mulailah menghargai.
Setiap apapun yang terlewati, semua sungguh memiliki arti.
Bagaimana bisa kita abaikan “detik”. kita lupa bahwa ia yang
menuntun menit untuk berganti hingga pagi ini datang lagi. Bersamaan ia
berlalu, para pesakitan melupakan sakitnya dan para penghitung waktu menghitung
mundur pada usianya.
Kita menjadi besar seiringnya berjalan. Namun, ternyata
besar tak berarti dewasa.
0 komentar:
Post a Comment