Masih seperti hari yang sama ketika kamu pergi. Pintu itu tak pernah benar-benar kukunci. Palangnya belum ku pasang rapi. Anggap saja aku tuan rumah yang berbaik hati, mengizinkan para pencuri datang dan pergi. Namun, kamu tahu apa? Tak ada seorang pencuri pun yang tahu apa yang paling berharga kumiliki. Kamu membawanya bersamamu bahkan tak bermaksud untuk memberinya kembali.
Dan kini, haruskah ku teguk secangkir kerinduan itu? Sekalipun ku tahu dengan pasti, tak ada kebahagiaan disitu.
Haruskah aku terus dibuai oleh bahagia yang kamu racuni kebohongan dan membuatku berhalusinasi bahwa semua begitu nyata sehingga aku semakin dahaga.
Candu macam apa yang coba kamu beri, kamu tahu dengan pasti, bahwa itu berhasil membuatku seperti akan mati.
dalam amat nih kata-katanya :D
ReplyDeleteHahaha. Kejamnya hidup menghujam lebih dalam dari hanya sekedar kata haekal :D
ReplyDelete