Sunday, 15 December 2013

Dunia Semu Mu

Katanya ini bisu...
Bahkan ketika tawa tergelak lepas di telinganya.
Lantas bagaimana kau artikan ramai?

kau anggap dunia ini bukan bagian darimu.
Dan kamu tak pernah merasa menjadi bagian darinya...
Ada batas tak tampak, meski yang lain tak pernah merasakan batasannya.
Sedangkan kau terus membangun duniamu sendiri begitu nyata dalam benak.
Setiap hari kau merasa berbatas pada apa yang tak pernah dibatasi.

Jika aku bicara begini padamu, kamu hanya berbisik untuk tidak menuduh kegilaanmu.
Lalu kau melambai ke arahku,  dan melayang-layang bersama fikiran semu mu.
Kau kata, ini dunia mu.

Duniamu terlalu menyenangkankah? hingga kamu terus larut didalamnya.
Nyamankah?
"Dingin, tapi disini tidak ada yang memandang sinis padaku." jawabmu kaku.

Bagaimana harusku topang matamu agak terbelalak sebentar saja melihat-lihat dunia mu yang sesungguhnya.
Buka matamu, lihat dengan jelas seperti apa duniamu yang sebenarnya.
Bukan maksudku menyodorkan kepahitan hidup untukmu, tapi kenyataan adalah hal yang harus diterima.
Sedangkan kau sendiri tahu, takkan pernah bisa lari darinya.

Dan kau... masih selalu saja.

Pandanganmu hanya terbatas, tak selepas pandangan mereka karena kamu selalu berusaha menutup mata.
Dibenak yang tak pernah nyata, kau gambarkan ruang kosong dan hanya kau di dalamnya.
Kau terpagut rasa cemas yang teramat seakan hanya kau dan hampa.
Dan, kau sebut itu duniamu.

Sebentar saja, mengertilah. Kita ada di dunia yang sama.
Buka matamu. Buka telingamu.
Lihat mulut mereka meracau.
Mulailah dengarkan. Dengarkan apa yang mereka kata.
Tentang mu, tentang duniamu.

Bukan hanya aku, mereka pun mulai berbisik,
mungkin kamu sudah benar-benar gila.

0 komentar:

Post a Comment