Ketika waktu mulai beranjak dan
kaki kian menapak, kita semakin mengerti bahwa hidup bukan hanya tentang hari
ini, tapi mungkin akan jauh kedepan, selama nafas masih diberikan. Kita mulai
membuat perencanaan yang lebih manusiawi. Tak lagi bermimpi memiliki pintu kemana saja. Tak berharap bisa
mengambil bintang untuk menempelnya pada langit-langit kamar. Tak lagi bermimpi
memiliki taman yang penuh ice cream, coklat dan mainan. Kita tak lagi meminta
yang tak masuk akal. Yang diharapkan hanya semua bisa berjalan sewajarnya dan
mampu mengatasi masalah dengan kelapangan hati dan ketenangan fikiran.
Tahun-tahun silam adalah saat dimana
aku enggan beranjak dewasa. Saat dimana mimpi yang kubuat hanya sebatas hari ini.
Dimana dunia dongeng begitu kuanggap nyata dalam duniaku. Hingga ketika aku
sadar betapa kejamnya kehidupan nyata yang sedang menunggu. Pun begitu, aku berusaha
untuk mencari tahu, berusaha menggapai, mendengar, dan menyentuh kehidupan yang
terlihat kejam itu. aku ingin merasakan. Aku cukup kuat untuk menyeka air mata dan
hanya menahannya untukku. Aku bukan lagi anak-anak yang tanpa beban, aku
mengerti arti tanggung jawab dan segala kewajiban.
Dalam perjalanannya, aku sering melawan
diriku sendiri yang menciptakan ragu.
Aku menatap sisi lainku dalam cermin.
Aku terlihat lugu mencari tahu. Di pundak,
kupikul sederatan kisah masa lalu. Aku
melihat ke-aku-anku dalam diriku, tertutup asa yang dihalangi pesimis. Selayaknya
lapisan kaca yang rapuh. Bagaimana harusku menopang? ketika angin menyapa, aku mudah jatuh. Menjadilah kuat dan
mendewasalah. Aku yakin aku mampu. Melebihi
angin, kita bisa menghalau badai, jika perlu kita hilangkan segala
ketidakmungkinan itu. Gagal hanya masalah waktu. Sedangkan waktu akan beranjak.
Dan di waktu yang akan datang, sakit yang kita rasa hari ini hanyalah “masa lalu”.
0 komentar:
Post a Comment