Tuesday, 15 December 2015

Suara Malam

Suara Malam

Jangan biaskan pekat, aku cukup kelam dengan ingatan terdahulu yang menelusup seperti jelaga lampu minyak yang tergantung bergoyang di atap kayu yang rapuh.

Jangan bersembunyi dibalik bayang menjadi wayang diambang gamang yang senang memainkan peran.

Jangan terus menerus mendiamiku, itu membuatku gugup tak menentu.

Aku berusaha mengutip bintang, namun bersamaku mereka redup.

Bersamaku, didekatku. Semua terasa menusuk. Sekalipun aku tak pernah bermaksud.

Hingga akhirnya hanya pengap, asap bergumpal-gumpal buatku sesak, lagi.

Mengapa malam selalu membabi buta menusuk perihnya luka. 

Kenapa malam bertingkah seakan paling mengerti dari pada yang lainnya. Seolah memberikan cermin nyata, membuatku melihat segala cela.Buatku berada pada posisi paling sadar dan sepi, membuka segala sakit masalalu dan lelahnya usaha.

Malam, kali ini, marilah kita berjabat.
Aku  ingin berdamai denganmu, dengan gelap, dan dengan masa lalu.

0 komentar:

Post a Comment