Saturday, 24 August 2019

Rancu


Ada waktu yang tepat untuk menyelesaikan masa lalumu dan mempersiapkan masa depan. Dengan lugu kau bertanya, “kapan?”.

“sekarang!” jawabku teguh.

Mengapa kau sering sekali mempertanyakan sesuatu yang kau tahu? 
Membuat bingung dirimu dengan segala hal yang belum terjadi dan menghabiskan waktu merenungi yang berlalu. Dirimu seseorang yang tak bisa ditebak. 

kita sampai dibagian saling meragukan dan takut saling mengecewakan. 
Mari sama-sama kita selami, mungkin masalahmu yang sebenarnya bukan yang kau pertanyakan.  Mungkin adalah jawaban yang kau tahu dengan pasti, tapi kau berharap sesuatu yang lain bisa terjadi.

Selamat menua, kamu!


Setelah setua ini aku sadar, bahwa yang paling mengerikan itu adalah ekspektasi. 
Omong kosong selalu menjadi topik yang menarik. Sedang imaji kadang berlebih untuk menarik diri pada khayalan yang sulit. Ada realita yang mengiris perlahan kuat hati. Sedang kita sibuk mencari obat, ternyata kita lupa bahwa sakit itu hanya sugesti. Apa yang bisa mengobati luka dalam ini?

Yang kutakutkan dari mulai berharap adalah - Berpangkal dari harapan, lalu setapak demi setapak semakin berjarak dari kenaifan, mengharap lagi dan lagi bahkan melewati perlu. hingga hati sedikit demi sedikit menjadi bebal. Membolehkan yang tidak dan menidakkan keharusan demi memuaskan  -sekedar kepuasan—

Seperti kompleksitas tak terbatas.

Mungkin benar katamu, aku ini rumit. Pemikiranku punya alurnya sendiri, yang tak bisa diprediksi.

Setelah setua ini aku sadar, aku masih belum paham diriku sendiri.

Walaupun begitu, selamat menua. Pahami, umur bukan sesuatu yang bisa kita ajak kompromi.

Wednesday, 2 January 2019

Lapang Dada


Tapal batas antara masa lalu dan masa depan hanya hari ini saja. Dan hari ini akan berganti kurang dari setengah jam lagi. Apa yang kita inginkan di masa depan dan kita berusaha lupakan di masa lalu hanya masalah perspektif . Memaksakan semua sesuai kehendak hanya membuat lelah.

Jika masa lalumu begitu berat, kamu hanya tak perlu menoleh kebelakang. Ketika kenangan itu kamu reka dan terciptalah luka. Saat itu kamu semakin tak bisa memaafkan dirimu lebih dari siapapun disekitarmu. Kamu hanya perlu menertawakan setiap kebodohanmu, biar sesekali kenangan beterbangan masuk ke matamu, dan tumpah dalam peluk, rebah dalam sujud.  Dengan begitu, harusnya bisa lebih mudah untukmu. Kamu hanya perlu menjadi arus yang bergerak, dan biarkan hati yang menuntun, ia tahu kemana harus berlabuh. Akan menjadi baik atau buruk, kita tak akan pernah tahu hingga semua telah berlalu, serahkan semua pada waktu. Tiba pada  titik tertentu, tak ada yang lebih baik dari hanya menerima.

Sudut Pandang

Menjadi tua tidak selalu memposisikan kita tahu segalanya. Tua, seharusnya menjadikan kita semakin sadar bahwa begitu banyak hal yang tak kita ketahui. Ada kapasitas yang terbatas untuk saling memahami dan itu manusiawi. Jadi, merasa diri paling mengerti adalah bentuk kekeliruan. Terutama jika itu perihal hati.

Banyak hal kadang tak sesuai harapan. Namun setelah waktu berlalu, bahkan sebentuk kegagalan pun menjadi sesuatu yang indah dengan jalan yang berbeda. Kita yang hanya perlu mengubah sudut pandang. Bukan kegagalan yang sebenarnya kita harus takutkan, tapi kemampuan untuk bertahan yang hilang. Tak ada perjalanan tanpa resiko. Bahkan jalur bebas hambatan memiliki angka kecelakaan yang cukup tinggi. Namun bukan berarti kita mengurung diri, kita hanya perlu berhati-hati. Jikapun terluka, sakitnya tak begitu dalam kita rasa. hingga kita akhirnya mengerti arti bangkit setelah jatuh berulang kali.