Sunday, 8 May 2016

Beranjak

Ketika waktu mulai beranjak dan kaki kian menapak, kita semakin mengerti bahwa hidup bukan hanya tentang hari ini, tapi mungkin akan jauh kedepan, selama nafas masih diberikan. Kita mulai membuat perencanaan yang lebih manusiawi. Tak lagi bermimpi memiliki pintu kemana saja. Tak berharap bisa mengambil bintang untuk menempelnya pada langit-langit kamar. Tak lagi bermimpi memiliki taman yang penuh ice cream, coklat dan mainan. Kita tak lagi meminta yang tak masuk akal. Yang diharapkan hanya semua bisa berjalan sewajarnya dan mampu mengatasi masalah dengan kelapangan hati dan ketenangan fikiran.

Tahun-tahun silam adalah saat dimana aku enggan beranjak dewasa. Saat dimana mimpi yang kubuat hanya sebatas hari ini. Dimana dunia dongeng begitu kuanggap nyata dalam duniaku. Hingga ketika aku sadar betapa kejamnya kehidupan nyata yang sedang menunggu. Pun begitu, aku berusaha untuk mencari tahu, berusaha menggapai, mendengar, dan menyentuh kehidupan yang terlihat kejam itu. aku ingin merasakan. Aku cukup kuat untuk menyeka air mata dan hanya menahannya untukku. Aku bukan lagi anak-anak yang tanpa beban, aku mengerti arti tanggung jawab dan segala kewajiban.


Dalam perjalanannya, aku sering melawan diriku sendiri yang menciptakan ragu. Aku menatap sisi lainku dalam cermin. Aku terlihat lugu mencari tahu. Di pundak, kupikul sederatan kisah masa lalu. Aku melihat ke-aku-anku dalam diriku, tertutup asa yang dihalangi pesimis. Selayaknya lapisan kaca yang rapuh. Bagaimana harusku menopang? ketika angin menyapa, aku mudah jatuh. Menjadilah kuat dan mendewasalah. Aku yakin aku mampu. Melebihi angin, kita bisa menghalau badai, jika perlu kita hilangkan segala ketidakmungkinan itu. Gagal hanya masalah waktu. Sedangkan waktu akan beranjak. Dan di waktu yang akan datang, sakit yang kita rasa hari ini hanyalah “masa lalu”.