Monday, 11 September 2017

Perayaan 23

23 tahun, perjalanan panjang yang merindukan. Serasa sangat kental, masih basah dan begitu berbekas diingatan. Aku serasa mengembalikan jarum waktu yang sempat berlalu, beberapa waktu yang silam.  Berkubang dalam kenangan, mencoba lebur dalam genangan dan pecah beriak membentuk cyrcle yang berlapis rapi. Aku tenggelam dalam renungan masa lalu.

Aku mungkin belum menjadi yang terbaik, tidak bisa sempurna, bahkan ketika 22 tahun aku telah belajar untuk menjadi lebih baik. Belum di mata manusia, pun belum di sisi Tuhan. Menjadi sempurna hanya ilusi, seperti menggenggam udara dalam kepalan tangan. Ketika aku fikir telah menggenggamnya, aku tak tahu jika dia mungkin tiba-tiba menghilang. Menguap, tak tinggalkan jejak. 

Kadang hati tak pernah merasa cukup, kadang bibir yang terlalu mudah mengeluh. Ada air mata yang bosan jatuh dan memilih untuk menjadi angkuh. Setiap apa yang dialami, ada Allah yang begitu peduli dan selalu disisi. Sekalipun segala hal terasa sukar, selalu ada alasan untuk tegar.

Aku bersyukur. Tentu saja. Banyak hal yang patut disyukuri dari setiap detak yang terdengar dan detik yang berlalu. Apalagi yang mesti di sesali? Tidak ada. Yang lalu telah berlalu dengan hasil yang baik. Alhamdulillah lagi dan lagi. Atas nikmat sehat, nikmat rezeki, nikmatnya kasih sayang keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat. Aku  tak punya alasan untuk menyesali apapun.

Menjadi tua bukan perkara sederhana. Ini tentang tanggung jawab yang bertambah, terhadap Allah, terhadap orang tua, terhadap diri sendiri. Ketika beban di pundak menjadi lebih berat, kita hanya perlu menjadi lebih kuat untuk bisa berdiri tetap tegak.  Jadi, mari lihat bagaimana Allah memberi kita waktu untuk bertahan.