Monday, 20 June 2016

Clear The Way

Setelah sukses ngelewatin masa-masa suram ngerjain TA, banyak yang nanya dan penasaran gimana rasanya jadi sarjana. Well, aku kasih tau satu hal. Rasanya jadi sarjana itu, beban. Mau kemana setelah kuliah? Masa’ iya di rumah aja. Ga asik juga nangki di kampus, berasa tua-nya. Uda diteror pula dengan pertanyaan, “mau lanjut S2 kemana? Atau mau langsung kerja?”. Tarik napas dulu kali.

Buat yang masih berjuang menanti sidang putusan para dosen  (cailah), aku pengen bagi cerita pengalaman rasanya duduk di depan 5 dosen dan diajukan pertanyaan yang kita ga pernah bayangin bakal di tanyain, dari yang paling penting sampe yang engga banget. Buat kamu yang sekalipun asli pinternya, pura-pura bodoh di dalam keadaan seperti itu adalah solusi terbaik dari yang paling baik. Jangan sok belagu dan ngelawan apa kata dosen, dalam situasi sidang. Pinter-pinter deh ngomong dan ngajak diskusi para dosen yang lagi mengintrogasi, pasang tampang menyakinkan.

Hal lainnya yang perlu diketahui bagi para mahasiswa, Jangan bicara yang engga perlu pas sidang. Karena setiap kata yang keluar dari mulut, bisa aja nimbulin pertanyaan baru bagi para dosen eksekusi. Keep calm sekalipun kamu ga punya bayangan kayak apa jawabannya. Kalo kamu udah membatu, dosen yang nanyain itu mungkin bakal kasih clue menyangkut jawaban yang dipertanyakan. Ga bisa jawab satu – dua pertanyaan ga buat hidup kamu berakhir sampai disitu. Tetap jaga attitude.

Di saat sidang, kamu akan menuai apa yang kamu tanam selama masa-masa kuliah kamu beberapa tahun belakangan, penentuan judul Tugas Akhir, pemilihan dosen pembimbing , masa penelitian, penulisan laporan, seminar proposal dan hasil . Dalam hal ini, pemilihan dosen pembimbing dan penentuan judul penelitian, aku rasa sesuatu yang mendasar.

Pilih dosen pembimbing yang baik hatinya (syarat mutlak). Pastikan dosen tersebut sering berada di kampus, atau yang bisa kita jumpai kapan aja. Pilih dosen yang paling expert  menyangkut Tugas Akhir kamu, selain agar bisa membantu kamu jika punya kendala selama penelitian, hal ini juga untuk mengantisipasi supaya beliau tidak menjadi dosen penguji kamu nantinya. Pilih dosen yang humble, bersedia ngajarin kalau kamu lagi buntu selama penelitian, bukan yang bakal ngerendahin kamu dan buat kamu takut jumpai beliau untuk konsultasi. Yah, walaupun jarang ada dosen yang kumplit begini, setidaknya cari dosen pembimbing yang memenuhi sebagian dari syarat ini. Ini akan sangat mempengaruhi kamu dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Selain itu, pemilihan judul Tugas Akhir juga penting. Kata kebanyakan orang, judul Tugas Akhir S1 jangan susah-susah. Katanya takut makan waktu yang lama dalam penelitian. Untuk hal ini, aku sih sebenarnya kurang setuju ya. Mahasiswa kan maunya punya judul Tugas Akhir S1 yang kedengarannya aja udah keren. Soalnya, ini bakal jadi sejarah untuk sepanjang hidup si Mahasiswa. Masa’ iya ngerjain TA gitu-gitu aja, kayak ngerjain tugas kampus atau projek-an final mata kuliah. Kan kurang greget (eseeeh). But, point-nya adalah pilih judul Tugas Akhir yang kamu yakin banyak referensi yang me-refer to judul kita. Pastiin kita punya cukup sumber untuk mempelajari hal tersebut. Disiplin adalah kunci utama, harus rajin baca, rajin konsul, tahan banting dengan segala kemungkinan. Yah, usahanya juga harus setimpal lah untuk menghasilkan sesuatu yang keren. Pastiin kita punya pemahaman yang cukup tentang judul yang kita ajuin, sebelum kita naik seminar proposal.

Kalau ada yang bilang “ngerjain Tugas Akhir itu gampang”, dia itu bohong besar. Jarang ada mahasiswa yang mulus-mulus aja ngerjain Tugas Akhir. Ada aja kendalanya, data yang kurang lah, referensi yang absurd, penelitian yang gagal, hasil yang engga sesuai, dosen yang susah ditemui, malas yang sering datang ga kenal waktu, kurang ini, kurang itu. Pokoknya ada aja. Jadi, harap maklum kalo mahasiswa tingkat akhir ini menggalau dan suka sensi atau tempramen tiba-tiba (wkwkwkw). Kalaupun kalian lihat ada mahasiswa tingkat akhir yang tetap kalem dan ceria ketawa sana sini sekalipun dengan sejumlah kendala yang udah di tulis sebelumnya, cuma ada 2 alasannya. Alasan pertama karena mahasiswa itu sabar tingkat dewa, alasan lainnya karena mahasiswa itu ga perduli dengan TA-nya. Ini bisa di survey langsung  deh.

Setelah niat ngerjain Tugas Akhir udah ada, usaha udah maksimal, doa udah gencar. Selebihnya, biarkan Allah yang menunjukkan kekuasaan. Seperti yang sudah aku katakan, hasil tidak akan mengkhianati proses. Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya. Lewati segala sakit ngerjain TA dalam ikhlas. Ini hanya duniawi, tak kamu bawa sampai mati.    

Lalu, “mau lanjut S2 kemana? Atau mau langsung kerja?”

Hah, aku sih percaya ya, hidup manusia itu udah ada yang ngatur.  Hanya Allah yang tahu kemana air mengalir, kemana takdir menentukan akhir.  Mau kata apa juga, sabar aja deh dulu dan lihat bagaimana Allah menuntun tapak melangkah dan mengijabahkan doa diwaktu yang tepat. Yah, di doakan sajalah, semoga apapun yang Allah takdirkan, S2-kah, kerja-kah, ataupun menikah-kah, semoga adalah sebaik-baiknya masa depan. Sebaiknya langkah dalam mengisi hidup agar menjadi lebih bermakna dan tidak sia-sia belaka.

Mari kita aminkan,
Semoga yang belum sarjana, bisa cepat nyusul jadi sarjana.
Semoga yang lagi berusaha dapat kerja, bisa cepat di-pekerja-kan atau membuka lapangan pekerjaan dan mendapatkan rizki yang halal.
Semoga yang lagi menunggu jodoh, dipertemukan dengan jodohnya di waktu yang tepat dengan sosok yang tepat pula.
Semoga yang belum bahagia, dibuka hatinya agar lebih bersyukur.

Bismillah, Luruskan niat. tidak akan ada usaha yang sia-sia.